Rabu, 29 Desember 2010

Rain blasphemer!"



Laisse la pluie!
Que l'amour pleuvoir sur moi
Que notre amour ne cesse de croître
Que les gouttes de pluie

Visible point in the bubble surface
Atmosphere inhalation gives life
For the breath - the breath and waiting in the surface soil
.. Then ..
Rain particles trooped out singing songs that could only be heard
By which those who feel the 'Fly'
Hypnotized by the rhythm of resonance that gives inspiration a million

And the rain began to reveal a collection of single-file
And began playing music similar nature to hum,
Who continue to spin in a balanced cycle ..

Instantly they blaspheme!
To the blasphemers Rain
Are they going drought along the arid grass and trees are uprooted?

Sabtu, 25 Desember 2010

Ungkapan malam

My Self


Aku hanyalah seorang anak manusia yang sangat lemah, hati; jiwa; pikiran; dan jasmaninya.  
Aku tak bisa menenangkan diriku sendiri bila gundah.  Mungkin berpikir sudah, namun semu dan kembali resah.   
Aku adalah manusia rendah dan terhina.  Yang hanya punya dosa.   
Aku adalah pendosa, tak kenal siapa aku dan untuk SIAPA aku ada.   
Aku yang tak henti mengumbar birahi dan kesenangan mendengar jerit erang suara hati.  
Aku yang bernyawa, hampir sia-sia.
Aku bukanlah dewa, karena itulah dewa tak pernah ada.  
Keangkuhan-aku adalah jejak aku di tanah, yang mudah dihapus dan dijejak kembali.   
Aku tak mampu mengubah masa lalu,  
aku tak pernah ingin mengulang masa lalu.
Aku tak bisa memenangkan hati yang aku cintai, atau hanya berpaling melihat yang mencintai aku.  Aku adalah yang mencintai, namun tak tahu mengapa aku dicintai.   
kAu adalah cinta yang tak berarti, adalah khayalan kebahagiaan abadi.   
Aku adalah cinta yang keji.



=============================================

Little beauty ‘bot Love

Cinta tak selalu indah, tapi cinta adalah keindahan
Cinta tak sekedar saling mengungkapkan, tapi juga diperjuangkan
Cinta tak selalu memiliki, tapi cinta adalah rasa memiliki
Cinta bukan masa lalu; saat ini; atau masa depan,  
tapi masa lalu;  saat ini;  dan masa depan adalah  cinta
Cinta tak akan sakit, karena sakit adalah bagian dari cinta
Cinta bagian dari keluarga,
karena keluarga adalah bagian dari cinta, 
cintailah keluargamu…

Sabtu, 11 Desember 2010

So Sweet...Cin....

Love In This Club




Gotta do it for the ladies And I gotta keep it hood Where we at Polo (Ay) I see you Ryan I'm keeping it right But we just gettin started

You say you searching for somebody That'll take you out and do you right Well come here baby and let daddy show you what it feel like You know all you gotta do is tell me what you sippin' on And I promise that I'm gonna keep it comin' all night long
Lookin' in your eyes while you on the other side And I think that shawty I've got a thing for you Doin' it on purpose winding and workin' it I can tell by the way you lookin' at me girl
I wanna make love in this club (make love in this club, in this club, in this club) I wanna make love in this club (in this club, in this club, in this club)
You got some friends rollin' wit you baby then that's cool You can leave them with my niggas let em know that I got you If you didn't know, you're the only thing that's on my mind Cuz the way I'm staring miss you got me wantin to give it to you all night
Lookin' in your eyes while you on the other side I can't take it no more Baby I'm coming for you You keep doin' it on purpose winding and working it If we close our eyes it could be just me and you
I wanna make love (in this club in this club, in this club)
I wanna make love (in this club in this club, in this club)
I wanna make love (in this club, in this club, in this club)
I wanna make love in this club (in this club, in this club)

I'm what you want, I'm what you need He got you trapped, I'll set you free Sexually, mentally, physically, emotionally I'll be like your medicine, you'll take every dose of me It's going down on aisle 3, I'll bag you like some groceries And every time you think about it you gon' want some more of me About to hit the club, make a movie yeah rated R Pulled up like a trap star,
That's if you have yo regular car You wanna make love to a thug in the club with his Sice on 87 jeans and a fresh pair of Nikes on On the couch, on the table, on the bar, or on the floor You can meet me in the bathroom yeah you know I'm trying go Tonight it's gimme a kiss If we keep touching like this I know you scared baby They don't know what we doin Let's both get undressed right here Keep it up girl I swear I'ma give it to you none stop And I don't care who's watchin


Download disini Cin...:
http://www.youtube.com/watch?v=cB5e0zHRzHc

Kamis, 09 Desember 2010

AHAAYY..ADA YANG BARU..........!!!!!!!

 TAMPILAN PESBUK VERSI BARU



Mmmm...mungkin baru muncul kurang lebih 2 ato 3 bulan sudah lewat..
sebelumnya sih, memang pesbuk mengalami gangguan..terasa banget
terutama kalo user nya ber pesbuk ria lewat ponsel...pasti berasa betul..
karena dari segi notifikasi, kemudian pemberitahuan, gambar..banyak yang bermasalah..
ternyata sewaktu saya buka pesbuk.....kebetulan kemarin habis sakit, sehingga sempet off hampir seminggu gak buka pesbuk...hohoho ^0^, eh ternyata ada perubahan....hahahaha
maap kawan..mungkin agak norak, alias "kuper" (kurang perkembangan) hohohoho...
mungkin saya yang agak telat kali yak...hohohoho
tap gak apa kan kalo di share..mungkin ada para sahabat yang belon tahu juga....
oke deh...

SELAMAT BER PESBUK RIA....HAHAYYYYY




 =========================================================================


 MINIATUR MAKKAH AL MUKAROMMAH



GILE Cinnnnn....Holy Haram makin megah wae......ck..ck..ck..
duhh..kapan yak gw bisa kesono.......ni konsep buad tahun 2010, tp kagak tau nih sekarang ude beneran ato belon..
kata Bonyok gw..sih kalo dia liat cuma ada jam raksasa aja tuh......asleee...mantaaafffffff..
minta dukungan dan do'a restu wae dah..biar bisa naek haji....hohohoho
ni gw bawain literasinya buat baca-baca... XD

Masjidil Haram (bahasa Arab: المسجد الحرام) adalah sebuah masjid di kota Mekkah, yang dipandang sebagai tempat tersuci di Bumi bagi umat Islam. Masjid ini juga merupakan tujuan utama dalam ibadah haji. Masjid ini dibangun mengelilingi Ka’bah, yang menjadi arah kiblat bagi umat Islam dalam mengerjakan ibadah salat.
Imam Besar masjid ini adalah Syaikh Abdurrahman As-Sudais, seorang imam yang dikenal dalam membaca Al Qur’an dengan artikulasi yang jelas dan suara yang merdu
Menurut keyakinan umat Islam, Ka’bah atau nama lainnyaBakkah pertama sekali dibina oleh Nabi Adam. Dan kemudian dilanjutkan pada masa Nabi Ibrahim bersama dengan anaknya, Nabi Ismail dan sekaligus membangun masjid di sekitar Ka’bah tersebut[1].
Selanjutnya perluasan Masjidil Haram dimulai pada tahun 638 sewaktu khalifah Umar bin Khattab, dengan membeli rumah-rumah di sekeliling Ka’bah dan diruntuhkan untuk tujuan perluasan, dan kemudian dilanjutkan lagi pada masa khalifah Usman bin Affan sekitar tahun 647 M.
Menurut hadits shahih, satu kali shalat di Masjidil Haram sama dengan 100.000 kali shalat di masjid-masjid lain, kecuali Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsha. Satu kali shalat di Masjid Nabawi sama dengan 1.000 kali shalat di masjid-masjid lain, kecuali Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha. Adapun satu kali shalat di Masjidil Aqsha sama dengan 250 kali shalat di masjid-masjid lain, kecuali Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

Kamis, 02 Desember 2010

Metode Penelitian Pendidikan

Buat temen-temen yg lagi kerjain karya ilmiah, n cari tambahan kaitan dengan Metode penelitian..ada nih dibawah...jgn lupa kasih komentar...hehehe...

Metode penelitian berhubungan erat dengan prosedur, teknik, alat, serta desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus cocok dengan pendekatan penelitian yang dipilih. Prosedur, teknik, serta alat yang digunakan dalam penelitian harus cocok pula dengan metode penelitian yang ditetapkan. Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti perlu menjawab sekurang-kurangnya tiga pertanyaan pokok (Nazir, 1985) yaitu:
  1. Urutan kerja atau prosedur apa yang harus dilakukan dalam melaksanakan suatu penelitian?
  2. Alat-alat (instrumen) apa yang akan digunakan dalam mengukur ataupun dalam mengumpulkan data serta teknik apa yang akan digunakan dalam menganalisis data?
  3. Bagaimana melaksanakan penelitian tersebut?
Jawaban atas ketiga pertanyaan tersebut memberikan kepada peneliti urutan-urutan pekerjaan yang terus dilakukan dalam suatu penelitian. Hal ini sangat membantu peneliti untuk mengendalikan kegiatan atau tahap-tahap kegiatan serta mempermudah mengetahui kemajuan (proses) penelitian.
Metode penelitian menggambarkan rancangan penelitian yang meliputi prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, serta dengan cara apa data tersebut diperoleh dan diolah/dianalisis. Dalam praktiknya terdapat sejumlah metode yang biasa digunakan untuk kepentingan penelitian. Beikut ini akan dikemukakan secara singkat beberapa metode penelitian sederhana yang sering digunakan dalam penelitian pendidikan.

1. Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsi­kan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakukan khusus terhadap peristiwa tersebut. Variabel yang diteliti bisa tunggal (satu variabel) bisa juga le­bih dan satu variabel.
Penelitian des­kriptif sesuai karakteristiknya memiliki langkah-langkah tertentu dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Perumusan masalah. Metode penelitian manapun harus diawali dengan adanya masa­lah, yakni pengajuan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang ja­wabannya harus dicari menggunakan data dari lapangan. Pertanyaan masalah mengandung variabel-variabel yang menjadi kajian dalam studi ini. Dalam penelitian deskriptif peneliti dapat menentukan status variabel atau mempelajari hubungan antara variabel.
  2. 2. Menentukan jenis informasi yang diperlukan. Dalam hal ini peneliti perlu menetapkan informasi apa yang di­perlukan untuk menjawab pertanyaan atau masalah yang telah dirumuskan. Apakah informasi kuantitatif ataukah kuali­tatif. Informasi kuantitatif berkenaan dengan data atau informasi dalam bentuk bilangan/angka seperti.
  3. Menentukan prosedur pengumpulan data. Ada dua unsur penelitian yang diperlukan, yakni instrumen atau alat pengumpul data dan sumber data atau sampel yakni dari mana informasi itu sebaiknya diperoleh. Dalam penelitian ada sejumlah alat pengum­pul data antara lain tes, wawancara, observasi, kuesioner, sosio­metri. Alat-alat tersebut lazim digunakan dalam penelitian deskriptif. Misalnya untuk memperoleh informasi menge­nai langkah-langkah guru mengajar, alat atau instru­men yang tepat digunakan adalah observasi atau pengamatan. Cara lain yang mungkin di­pakai adalah wawancara dengan guru mengenai langkah-langkah mengajar. Agar diperoleh sampel yang jelas, permasalahan peneli­tian harus dirumuskan se-khusus mungkin sehingga memberikan arah yang pasti terhadap instrumen dan sumber data.
  4. Menentukan prosedur pengolahan informasi atau data. Data dan informasi yang telah diperoleh dengan instrumen yang dipilih dan sumber data atau sampel tertentu masih merupakan informasi atau data kasar. Informasi dan data tersebut perlu diolah agar dapat dijadikan bahan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
  5. Menarik kesimpulan penelitian. Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, peneliti menyimpul­kan hasil penelitian deskriptif dengan cara menjawab pertanyaan­-pertanyaan penelitian dan mensintesiskan semua jawaban terse­but dalam satu kesimpulan yang merangkum permasalahan pe­nelitian secara keseluruhan.
2. Studi Kasus
Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seseorang individu atau kelompok yang dipandang mengalami kasus tertentu. Misal­nya, mempelajari secara khusus kepala sekolah yang tidak disiplin dalam bekerja . Terhadap kasus tersebut peneliti mempelajarinya secara mendalam dan dalam kurun waktu cukup lama. Mendalam, artinya meng­ungkap semua variabel yang dapat menyebabkan terjadinya kasus ter­sebut dari berbagai aspek. Tekanan utama dalam studi kasus adalah mengapa individu melakukan apa yang dia lakukan dan bagaimana tingkah lakunya dalam kon­disi dan pengaruhnya terhadap lingkungan.
Untuk mengungkap persoalan kepala sekolah yang tidak disiplin peneliti perlu mencari data berkenaan dengan pengalamannya pada masa lalu, sekarang, lingkungan yang membentuknya, dan kaitan variabel-variabel yang berkenaan dengan kasusnya. Data diperoleh dari berbagai sumber seperti rekan kerjanya, guru, bahkan juga dari dirinya. Teknik memperoleh data sangat komprehensif seperti observasi perilakunya, wawancara, analisis dokumenter, tes, dan lain-lain bergantung kepada kasus yang dipelajari. Setiap data dicatat secara cermat, kemudian dikaji, dihubungkan satu sama lain, kalau perlu dibahas dengan peneliti lain sebelum menarik kesimpulan-kesimpulan penyebab terjadinya kasus atau persoalan yang ditunjukkan oleh individu ter­sebut. Studi kasus mengisyaratkan pada penelitian kualitatif.
Kelebihan studi kasus dari studi lainnya adalah, bahwa peneliti dapat mempelajari subjek secara mendalam dan menye­luruh. Namun kelemahanya sesuai dengan sifat studi kasus bahwa informasi yang diperoleh sifatnya subyektif, artinya hanya untuk individu yang bersangkutan dan belum tentu dapat digu­nakan untuk kasus yang sama pada individu yang lain. Dengan kata lain, generalisasi informasi sangat terbatas penggunaannya. Studi kasus bukan untuk menguji hipotesis, namun sebaliknya hasil studi kasus dapat menghasilkan hipotesis yang dapat diuji melalui penelitian lebih lanjut. Banyak teori, konsep dan prinsip dapat dihasilkan dan temuan studi kasus.

3. Penelitian Survei
Penelitian survei cukup banyak digunakan untuk pemecahan masa­lah-masalah pendidikan termasuk kepentingan perumusan kebijak­sanaan pendidikan. Tujuan utamanya adalah mengumpulkan informasi tentang variabel dari sekolompok obyek (populasi). Survei dengan cakupan seluruh populasi (obyek) disebut sensus. Sedangkan survei yang mempelajari sebagian populasi dinamakan sampel survei. Untuk kepentingan pendidikan, survei biasanya mengungkap permasalahan yang berkenaan dengan berapa banyak siswa yang mendaftar dan diterima di suatu sekolah? Berapa jumlah siswa rata-rata dalam satu kelas? Berapa banyak guru yang telah me­menuhi kualifikasi yang telah ditentukan? Pertanyaan-pertanyaan kuantitatif seperti itu diperlukan sebagai dasar perencanaan dan pemecahan masalah pendidikan di sekolah. Pada tahap selanjutnya dapat pula dilakukan perbadingan atau analsis hubungan antara variabel tersebut.
Survei dapat pula dilakukan untuk mengetahui variabel-variabel seperti pendapat, persepsi, sikap, prestasi, motivasi, dan lain-lain. Misalnya persepsi kepala sekolah terhadap otonomi pendidikan, persepsi guru terhadap KTSP, pendapat orangtua siswa tentang MBS, dan lain-lain. Peneliti dapat mengukur variabel-variabel tersebut secara jelas dan pasti. Informasi yang diperoleh mungkin merupakan hal penting sekali bagi kelompok tertentu walaupun kurang begitu bermanfaat bagi ilmu penge­tahuan.
Survei dalam pendidikan banyak manfaatnya baik untuk memecahkan masalah-masalah praktis maupun untuk bahan dalam merumuskan kebijaksanaan pendidikan bahkan juga untuk studi pendidikan dalam hubungannya dengan pembangunan. Melalui me­tode ini dapat diungkapkan masalah-masalah aktual dan mendeskrip­sikannya, mempelajari hubungan dua variabel atau lebih, membandingkan kondisi-kondisi yang ada dengan kriteria yang telah diten­tukan, atau menilai efektivitas suatu program.

4. Studi Korelasional
Seperti halnya survei, metode deskriptif lain yang sering diguna­kan dalam pendidikan adalah studi korelasi. Studi ini mempelajari hubungan dua variabel atau lebih, yakni sejauh mana variasi dalam satu variabel berhubungan dengan variasi dalam variabel lain. Derajat hubungan variabel-variabel dinyatakan dalam satu indeks yang dinamakan koefisien korelasi. Koefisien korelasi dapat digunakan untuk menguji hipotesis tentang hubungan antar variabel atau untuk menyatakan besar-kecilnya hubungan antara kedua variabel.
Studi korelasi yang bertujuan menguji hipotesis, dilakukan de­ngan cara mengukur sejumlah variabel dan menghitung koefisien korelasi antara variabel-variabel tersebut, agar dapat diten­tukan variabel-variabel mana yang berkorelasi. Misalnya peneliti ingin mengetahui variabel-variabel mana yang sekiranya berhubung­an dengan kompetensi profesional kepala sekolah. Semua variabel yang ada kaitannya (misal latar belakang pendidikan, supervisi akademik, dll) diukur, lalu dihitung koefisien korelasinya untuk mengetahui variabel mana yang paling kuat hubungannya dengan kemampuan manajerial kepala sekolah.
Kekuatan hubungan antar variabel penelitian ditunjukkan oleh koefisien korelasi yang angkanya bervariasi antara -1 sampai +1. Koefisien korelasi adalah besaran yang diperoleh melalui perhitungan statistik berdasarkan kumpulan data hasil pengukuran dari setiap variabel. Koefisien korelasi positif menunjukkan hubungan yang berbanding lurus atau kesejajaran, koefisien korelasi negatif menunjukkan hubungan yang berbading terbalik atau ketidak-sejajaran. Angka 0 untuk koefisien korelasi menunjukkan tidak ada hubungan antar variabel. Makin besar koefisien korelasi baik itu pada arah positif ataupun negatif, makin besar kekuatan hubungan antar variabel.
Misalnya, terdapat korelasi positif antara variabel IQ dengan prestasi belajar; mengandung makna IQ yang tinggi akan diikuti oleh prestasi belajar yang tinggi; dengan kata lain terdapat kesejajaran antara IQ dengan prestasi belajar. Sebaliknya, korelasi negatif menunjukkan bahwa nilai tinggi pada satu variabel akan diikuti dengan nilai rendah pada variabel lainnya. Misalnya, terdapat korelasi negatif antara absensi (ketidakhadiran) dengan prestasi belajar; mengandung makna bahwa absensi yang tinggi akan diikuti oleh prestasi belajar yang rendah; dengan kata lain terdapat ketidaksejajaran antara absensi dengan prestasi belajar.
Dalam suatu penelitian korelasional, paling tidak terdapat dua variabel yang harus diukur sehingga dapat diketahui hubungannya. Di samping itu dapat pula dianalisis hubungan antara dari tiga variabel atau lebih.
Makna suatu korelasi yang dinotasikan dalam huruf r (kecil) bisa mengandung tiga hal. Pertama, kekuatan hubungan antar variabel, kedua, signifikansi statistik hubungan kedua variabel tersebut, dan ketiga arah korelasi. Kekuatan hubungan dapat dilihat dan besar kecilnya indeks ko­relasi. Nilai yang mendekati nol berarti lemahnya hubungan dan sebaliknya nilai yang mendekati angka satu menunjukkan kuatnya hubungan.
Faktor yang cukup berpengaruh terhadap besar kecilnya koefisien korelasi adalah keterandalan instrumen yang digunakan dalam pengukuran. Tes hasil belajar yang terlalu mudah bagi anak pandai dan terlalu sukar untuk anak bodoh akan menghasilkan koefisien korelasi yang kecil. Oleh karena itu instrumen yang tidak memiliki keterandalan yang tinggi tidak akan mampu mengungkap­kan derajat hubungan yang bermakna atau signifikan.

5. Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat. Penelitian eksperimen merupakan metode inti dari model penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam metode eksperimen, peneliti harus melakukan tiga persyaratan yaitu kegiatan mengontrol, kegiatan memanipulasi, dan observasi. Dalam penelitian eksperimen, peneliti membagi objek atau subjek yang diteliti menjadi 2 kelompok yaitu kelompok treatment yang mendapatkan perlakuan dan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan. Karakteristik penelitian eksperimen yaitu:
  1. Memanipulasi/merubah secara sistematis keadaan tertentu.
  2. Mengontrol variabel yaitu mengendalikan kondisi-kondisi penelitian ketika berlangsungnya manipulasi
  3. Melakukan observasi yaitu mengukur dan mengamati hasil manipulasi.
Proses penyusunan penelitian eksperimen pada prisnsipnya sama dengan jenis penelitian lainnya. Secara eksplisit dapat dilihat sebagai berikut:
  1. Melakukan kajian secara induktif yang berkaitan dengan permasalahan yang hendak dipecahkan
  2. Mengidentifikasikan permasalahan
  3. Melakukan studi litelatur yang relevan, mempormulasikan hipotesis penelitian, menentukan definisi operasional dan variabel.
  4. Membuat rencana penelitian mencakup: identifikasi variabel yang tidak diperlukan, menentukan cara untuk mengontrol variabel, memilih desain eksperimen yang tepat, menentukan populasi dan memilih sampel penelitian, membagi subjek ke dalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, membuat instrumen yang sesuai, mengidentifikasi prosedur pengumpulan data dan menentukan hipotesis.
  5. Melakukan kegiatan eksperimen (memberi perlakukan pada kelompok eksperimen)
  6. Mengumpulkan data hasil eksperimen
  7. Mengelompokan dan mendeskripsikan data setiap variabel
  8. Melakukan analisis data dengan teknik statistika yang sesuai
  9. Membuat laporan penelitian eksperimen.
Dalam penelitian eksperimen peneliti harus menyusun variabel-variabel minimal satu hipotesis yang menyatakan hubungan sebab akibat diantara variabel-variabel yang terjadi. Variabel-variabel yang diteliti termasuk variabel bebas dan variabel terikat sudah ditentukan secara tegas oleh peneliti sejak awal penelitian. Dalam bidang pembelajaran misalnya yang diidentifikasikan sebagai variabel bebas antara lain: metode mengajar, macam-macam penguatan, frekuensi penguatan, sarana-prasarana pendidikan, lingkungan belajar, materi belajar, jumlah kelompok belajar. Sedangkan yang diidentifikasikan variabel terikat antara lain: hasil belajar siswa, kesiapan belajar siswa, kemandirian siswa.
6. Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleleksi-diri yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktek yang dilakukan sendiri. Dengan demikian akan diperoleh pemahaman mengenai praktek tersebut dan situasi di mana praktek tersebut dilaksanakan. Terdapat dua esensi penelitian tindakan yaitu perbaikan dan keterlibatan. Hal ini mengarahkan tujuan penelitian tindakan ke dalam tiga area yaitu: (1) Untuk memperbaiki praktek; (2) Untuk pengembangan profesional dalam arti meningkatkan pemahaman/kemampuan para praktisi terhadap praktek yang dilaksanakannya; (3) Untuk memperbaiki keadaan atau situasi di mana praktek tersebut dilaksanakan.
Penelitian tindakan bertujuan untuk mengungkap penyebab masalah dan sekaligus memberikan langkah pemecahan terhadap masalah. Langkah-langkah pokok yang ditempuh akan membentuk suatu siklus sampai dirasakannya ada suatu perbaikkan. Siklus pertama dan siklus-siklus berikutnya yaitu: (1) penetapan fokus masalah penelitian, (2) perencanaan tindakan perbaikan, (3) pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi, (4) analisis dan refleksi, dan (5) perencanaan tindak lanjut. Mengingat besarnya manfaat penelitian tindakan dalam bidang pendidikan, uraian spesifik akan dijelaskan dalam materi tersendiri.

7. Metode Penelitian dan Pengembangan (R&D)
Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah strategi atau metode penelitian yang cukup ampuh untuk memperbaiki praktek. Yang dimaksud dengan Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah rangkaian proses atau langkah-langkah dalam rangka mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada agar dapat dipertanggungjawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di laboratorium, tetapi bisa juga perangkat lunak (software), seperti program komputer untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas, perpustakaan atau laboratorium, ataupun model-model pendidikan, pembelajaran, pelatihan, bimbingan, evaluasi, sistem manajemen, dan lain-lain.
Penelitian dalam bidang pendidikan pada umumnya jarang diarahkan pada pengembangan suatu produk, tetapi ditujukan untuk menemukan pengetahuan baru berkenaan dengan fenomena-fenomena yang bersifat fundamental, serta praktek-praktek pendidikan. Penelitian dan pengembangan merupakan metode penghubung atau pemutus kesenjangan antara penelitian dasar dengan penelitian terapan. Sering dihadapi adanya kesenjangan antara hasil-hasil penelitian dasar yang bersifat teoretis dengan penelitian terapan yang bersifat praktis. Kesenjangan ini dapat dihilangkan atau disambungkan dengan penelitian dan pengembangan. Dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan, terdapat bebera­pa metode yang digunakan, yaitu metode: deskriptif, evaluatif, dan eksperimental.
Penelitian deskriptif digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun data tentang kondisi yang ada. Kondisi yang ada mencakup: (1) Kondisi produk-produk yang sudah ada sebagai bahan perbandingan atau bahan dasar (embrio) produk yang akan dikembangkan, (2) Kondisi pihak pengguna (dalam bidang pendidikan misalnya sekolah, guru, kepala sekolah, siswa, serta pengguna lainnya); (3) Kondisi faktor-faktor pendukung dan penghambat pengembangan dan penggunaan dari produk yang akan dihasilkan, mencakup unsur pendidik dan tenaga kependidikan, sarana-prasarana, biaya, pengelolaan, dan lingkungan pendidikan di mana produk tersebut akan diterapkan.
Metode evaluatif, digunakan untuk mengevaluasi produk dalam proses uji coba pengembangan suatu produk. Produk penelitian dikembangkan melalui serangkaian uji coba dan pada setiap kegiatan uji coba diadakan evaluasi, baik itu evaluasi hasil maupun evaluasi proses. Berdasarkan temuan-temuan pada hasil uji coba diadakan penyempurnaan (revisi model).
Metode eksperimen digunakan untuk menguji keampuhan dari produk yang dihasilkan. Walaupun dalam tahap uji coba telah ada evaluasi (pengukuran), tetapi pengukuran tersebut masih dalam rangka pengembangan produk, belum ada kelompok pembanding. Dalam eksperimen telah diadakan pengukuran selain pada kelompok eksperimen juga pada kelompok pembanding atau kelompok kontrol. Pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan secara acak atau random. Pembandingan hasil eksperimen pada kedua kelompok tersebut dapat menunjukkan tingkat keampuhan dan produk yang dihasilkan....lebih jelas

Selasa, 30 November 2010



I need another story Something to get off my chest My life gets kinda boring Need something that I can confess 'Til all my sleeves are stained red

From all the truth that I've said
Come by it honestly I swear
Thought you saw wink, no
I've been on the brink, so

Tell me what you want to hear Something that were like those years Sick of all the insincere So I'm gonna give all my secrets away
This time, don't need another perfect line
Don't care if critics never jump in line
I'm gonna give all my secrets away

My God, amazing how we got this far It's like we're chasing all those stars Who's driving shiny big black cars And everyday I see the news All the problems that we could solve

And when a situation rises
Just write it into an album
Singing straight, too cold
I don't really like my flow, no, so

Tell me what you want to hear Something that were like those years Sick of all the insincere So I'm gonna give all my secrets away
This time, don't need another perfect line
Don't care if critics never jump in line
I'm gonna give all my secrets away

Oh, got no reason, got not shame Got no family I can blame Just don't let me disappear I'ma tell you everything

So tell me what you want to hear
Something that were like those years
Sick of all the insincere
So I'm gonna give all my secrets away
This time, don't need another perfect line Don't care if critics never jump in line I'm gonna give all my secrets away
So tell me what you want to hear
Something that were like those years
Sick of all the insincere
So I'm gonna give all my secrets away

This time, don't need another perfect line Don't care if critics never jump in line I'm gonna give all my secrets away All my secrets away, all my secrets away

Download Video disini :

Jumat, 26 November 2010

KONSENTRASI KOMPLEKS...!!!!!!


ANIMAL INSTINC II
Design By Fitroh Alboem

buad temen2 yang dateng ke blog ane..kasih kommen dong....buad share.... :D

=====================================================================




Design Photography
Talent Crew IMPAS (Ikatan Mahasiswa Pecinta Seni)
cantik-cantik..huhuhu

======================================================================



Ilustrasi....lg pusing..enak gambar wae......lanjoot

=====================================================================



NARSIS bersama Kaos ILMU GRAFIS....
I Love You Ilmu Grafis.....
=====================================================================




"Sebuah Penantian"
Talent : Mirzal Ibrahim
Place : Bantul City

=====================================================================



Talent : Mumu
On Beach
Design Photography


=====================================================================



"Preweeding"
Talent : Ririn
Jakarta


Ada yg minat photo pre weeding..huhuyyyy


=====================================================================




Wuihhhh...sibug bangett...


=====================================================================




Om Tony Wijaya...Basis

=====================================================================




Om Utjok..lg maen kyboard...

=====================================================================





Animal Instinc I
Konsep sederhana...^^

Kamis, 25 November 2010

BALAS KOMEN PESBUK VIA EMAIL OTOMATIS




===========================================================================


Anda pengguna aktif Facebook? Ada kabar baru datang dari website jejaring sosial yang sedang banyak digandrungi oleh pengguna internet dunia tersebut. Baru-baru ini Facebook memperkenalkan sebuah fitur baru yang selama ini banyak dibutuhkan penggunanya, dimana ingin dapat membalas komentar langsung melalui e-mail.

Sering kali pengguna mendapatkan pemberitahuan tentang komentar di wall mereka dan kini Anda akan dapat membalas komentar tersebut tanpa harus mengunjungi homepage Facebook tapi bisa langsung melalui e-mail. Tentunya ini akan sangat membantu Anda ketika Anda tak sempat mengakses Facebook langsung.

“Salah satu cara termudah untuk melakukan update ataupun membalas komentar di Facebook adalah melalui notifikasi e-mail, yang mana menginformasikan Anda bahwa ada komentar baru untuk Anda,” kata Tom Whitnah, salah satu engineer di tim Facebook News Feed.

“Hari ini kami telah meluncurkan layanan dimana Anda dapat secara langsung membalas komentar melalui notifikasi e-mail. Dimana ketika Anda menerima notifikasi e-mail komentar, Anda tinggal klik tombol ‘Reply’ dan mulai mengetikkan komentar di bagian atas e-mail. Lalu setelah itu, Anda dapat mengklik tombol ‘Send’ di bagian e-mail dan Anda akan dapat membalasnya secara otomatis menambahkannya di Facebook,” kata Whitnah kembali menjelaskan.

Membalas komentar semudah membalas e-mail adalah manfaat nyata bagi pengguna yang mungkin terlalu sibuk untuk pergi ke situs aslinya, login dan membalas komentar. Seluruh proses tersebut membutuhkan waktu lebih lama. Sampai saat ini, pengguna menerima notifikasi tentang komentar dan diberi link yang membawa mereka ke Facebook. Ketika mereka sedang memegang ponsel ataupun memiliki kendala waktu, kebanyakan orang mungkin tak sempat melakukannya.

Terlebih lagi, banyak orang juga tidak dapat mengakses Facebook di tempat kerja mereka pada jam kerja karena diblokir oleh firewall perusahaan. Saat ini, penggunaan notifikasi e-mail adalah cara yang paling cepat dan tepat untuk kembali ke tugas-tugas mereka dalam waktu singkat. Untuk dapat menikmati fitur ini, pengguna Facebook diharuskan untuk mengaktifkan notifikasi pada e-mail agar bisa menggunakannya nanti.

Senin, 22 November 2010

VALIDITAS DAN REALIBILITAS




1. Konsep Validitas
Validitas merupakan produk dari validasi. Validasi adalah suatu proses yang dilakukan oleh penyusun atau pengguna instrumen untuk mengumpulkan data secara empiris guna mendukung kesimpulan yang dihasilkan oleh skor instrumen. Sedangkan validitas adalah kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur sasaran ukurnya.

Untuk menjadi valid suatu instrumen tidak hanya konsisten dalam penggunaannya, namun yang terpenting adalah harus mampu mengukur sasaran ukurnya.
Hal ini berarti bahwa validitas merupakan ciri instrumen yang terpenting. Berbagai usaha dilakukan untuk meningkatkan validitas instrumen, baik langsung ataupun tidak berhubungan dengan peningkatan validitas instrumen itu sendiri. Untuk menjadi valid maka suatu instrumen harus dikonstruksi dengan baik dan mencakup materi yang benar-benar mewakili sasaran ukurnya. Validitas instrumen bersifat relatif terhadap situasi tertentu dan tergantung pada kondisi tertentu. Instrumen yang mempunyai validitas tinggi terhadap tujuan atau kegunaan tertentu mungkin akan mempunyai validitas sedang atau mungkin rendah terhadap tujuan lainnya.

Menurut Messik (1989) terdapat lima aspek yang berbeda dalam konsep validitas. Kelima aspek tersebut secara bersama-sama berfungsi sebagai ukuran validitas umum atau standar untuk semua pengukuran psikologis dan pendidikan. Kelima aspek tersebut adalah: (1) Substansi. Aspek substansi validitas mencakup verifikasi proses utama dalam pengungkapan tugas penilaian.
Hal ini dapat dikenali melalui penggunaan teori substansi dan pemodelan proses. Ketika menentukan substansi instrumen, seseorang perlu mempertimbangkan dua hal pokok: Pertama, tugas penilaian harus mewakili materi yang akan dinilai. Kedua, penilaian harus ditetapkan berdasarkan fakta-fakta empiris. (2) Strukrur pensekoran. Strukrur pensekoran harus secara rasional konsisten dengan apa yang diketahui tentang sifat hubungan struktural dari keberadaan konstruk yang dipersoalkan. Struktur internal penilaian harus konsisten dengan apa yang diketahui tentang struktur internal dari domain konstruk. (3) Ketergeneralisasian. Ketergene-ralisasian penilaian harus memenuhi keterwakilan isi dan konstruk. Hal ini memungkinkan penafsiran skor untuk penggeneralisasian secara luas dalam konstruk yang ditetapkan. Fakta seperti kemampuan generalisasi tersebut tergantung pada tingkat korelasi suatu tugas dengan tugas lainnya yang juga mewakili konstruk atau aspek-aspek konstruk. (4) Faktor-faktor eksternal. Aspek eksternal dari validitas mengacu pada tingkat hubungan skor assessment dengan ukuran lain dan perilaku nonassessment yang mencerminkan tinggi, rendah, dan hubungan interaksi antara konstruk yang ditetapkan. (5) Akibat dari validitas. Akibat validitas meliputi bukti dan dasar pemikiran dalam mengevaluasi konsekuensi penafsiran dan menggunakan skor yang tidak diharapkan dan yang diharapkan. Penyelidikan jenis ini terutama penting ketika berhubungan dengan akibat yang merugikan bagi individu dan kelompok yang dihubungkan dengan penyimpangan dalam penskoran dan penafsiran.
Ke lima aspek validitas tersebut berlaku bagi semua pengukuran psikologis dan pendidikan; umumnya penafsiran berbasis skor dan kesimpulan tindakan mengasumsikannya secara tegas atau secara tersembunyi. Tantangan dalam validasi instrumen selanjutnya adalah menghubungkan kesimpulan ini terhadap fakta-fakta terpusat yang mendukungnya seperti halnya terhadap fakta-fakta berbeda yang merupakan bagian kesimpulan tandingan yang rasional.

2. Konsep Reliabilitas
Reliabilitas telah didefinisikan dengan cara yang berbeda oleh pengarang yang berbeda. Cara yang terbaik untuk membahas reliabilitas adalah sejauhmana hasil pengukuran dari suatu instrumen mewakili karakteristik yang diukur. Sebagai contoh, reliabilitas didefinisikan seberapa besar konsistensi skor tes yang dicapai peserta tes pada pengujian ulang. Definisi ini akan memuaskan jika skor tes dapat menggambarkan kemampuan peserta tes; jika tidak maka skor tes tidak sistematis, tidak dapat diulangi atau tidak terikat. Reliabilitas juga diartikan sebagai indikator ketidakhadiran kesalahan acak. Jika kesalahan acak dapat diperkecil maka skor tes akan lebih konsisten dari suatu pengujian ke pengujian berikutnya.
Definisi teoretis dari reliabilitas adalah proporsi keragaman skor tes yang disebabkan oleh keragaman sistematis dalam populasi peserta tes. Jika terdapat keragaman sistematis yang lebih besar dalam suatu populasi dibanding dengan populasi lainnya, seperti dalam semua siswa sekolah negeri dibandingkan hanya dengan kelas tertentu, tes akan mempunyai reliabilitas lebih besar untuk populasi yang lebih bervariasi. Reliabilitas adalah karakteristik bersama antara tes dan kelompok peserta tes. Reliabilitas tes bervariasi dari suatu kelompok dengan kelompok lainnya.
Para profesional pengukuran menganggap reliabilitas sebagai persyaratan utama suatu instrumen penilaian. Dalam teori tes diakui bahwa skor tes akan valid (benar) jika skor tes tersebut reliabel (Mehrens & Lehmann, 1991). Asumsi ini didasarkan pada suatu model matematika teori tes dimana skor perolehan terdiri atas skor tulen dan skor galat (obtained score = true score + error score). Semakin sedikit kesalahan dalam suatu tes (yaitu semakin reliabel) semakin valid skor tes. Karenanya, suatu penilaian yang tidak reliabel secara otomatis tidak valid.
Penekanan utama dalam mengumpulkan data untuk menentukan reliabilitas tes adalah pada konsistensi dihubungkan dengan reliabilitas skor atau reliabilitas penilai. Reliabilitas skor berarti bahwa jika suatu tes telah diadministrasikan pada penempuh ujian untuk kedua kalinya, maka penempuh ujian akan tetap memperoleh skor yang sama dengan pengadministrasian yang pertama. Salah satu cara para spesialis pengukuran dalam menentukan reliabilitas skor tes adalah melalui tes standar. Jika penempuh ujian diuji kembali, mereka harus melengkapi tugas yang sama persis dalam kondisi yang juga persis sama. Hal ini akan membantu dalam pencapaian hasil tes yang konsisten

C. PEMBAHASAN
1. Validitas
a. Jenis-jenis Validitas dan Ukurannya
Crocker dan Algina (1986) membedakan tiga jenis validitas, yaitu: 1) validitas isi, mengkaji kepadanan sampel yang terdapat dalam suatu instrumen; 2) validitas konstruk, mengkaji sifat-sifat psikologis yang menjelaskan keragaman skor responden dalam instrumen tertentu; 3) dan validitas relasi kriteria, membandingkan skor responden dengan satu atau lebih variabel eksternal.
Validitas konstruk mencakup syarat-syarat empiris dan logis dari validitas isi dan validitas kriteria. Hal Ini berari bahwa validitas konstruk menggabungkan syarat-syarat yang terdapat dalam validitas isi dan validitas relasi kriteria (Anastasi, 1997). Validitas konstruk menghubungkan gagasan dan praktek pengukuran di satu pihak, dengan gagasan teoretik di pihak lain. Para penyusunan instrumen biasanya bertolak dengan bekal suatu konstruk, kemudian mengembangkan instrumen untuk mengukur konstruk tersebut. Selanjutnya, butir-butir instrumen yang telah dikembambangkan diujicobakan secara empiris.
Validitas isi dan validitas konstruk berhubungan dengan kecocokan butir-butir instrumen dengan tujuan ukurnya. Kedua jenis validitas tersebut dapat ditentukan melalui pengkajian secara teoretis dan secara empiris, yang mencakup: (1) menjelaskan pokok bahasan dan sub pokok bahasan; (2) menetapkan pokok bahasan dan subpokok bahasan yang diukur oleh setiap butir instrumen; (3) mencocokkan butir-butir instrumen dengan pokok bahasan dan subpokok bahasan yang diukurnya. Secara teoretis validitas isi dan validitas konstruk dapat dikaji melalui penilaian panelis. Penilaian panelis dimaksudkan untuk menilai kesesuaian setiap butir instrumen dengan pokok bahasan dan subpokok bahasan yang diukurnya. Prosedur yang digunakan adalah meminta para panelis untuk mencermati butir-butir instrumen. Kemudian menilai kesesuaian setiap butir instrumen dengan pokok bahasan dan subpokok bahasan yang diukurnya.
Suatu contoh penilaian validitas isi dan validitas konstruk secara teoretis dapat dilakukan melalui penilaian panelis (pakar). Pengembangan prosedur penilaian panelis dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu: Pertama, menetapkan skala yang digunakan, yaitu: 1 = tidak relevan, 2 = kurang relevan, 3 = cukup relevan, 4 = relevan, dan 5 = sangat relevan. Kedua, menetapkan kriteria penilaian yang mencakup: (1) mengukur indikatornya; (2) hanya memiliki satu arti; (3) jelas dan mudah dipahami; (4) tidak bersifat faktual; dan (5) tidak tumpang tindih dengan butir-butir lainnya. Ketiga, menetapkan pilihan, yaitu: 1 (tidak relevan) jika hanya satu atau semua kriteria tidak terpenuhi; 2 (kurang relevan) jika hanya dua kriteria yang terpenuhi; 3 (cukup relevan) jika hanya tiga kriteria yang terpenuhi; 4 (relevan) jika hanya empat kriteria yang terpenuhi; dan 5 (sangat relevan) jika semua kriteria terpenuhi. Keempat, kualitas masing-masing butir instrumen didasarkan atas rerata hasil penilaian panelis, dengan kriteria sebagai berikut:

Rerata Penilaian Keputusan
1,0 – 2,9 Tidak sesuai Direvisi
3,0 – 3,9 Cukup sesuai Diterima dengan revisi
4,0 – 5,0 SesuaiDiterima

Penilaian validitas isi dan validitas konstruk secara empiris dilakukan dengan ujicoba instrumen kepada responden yang sesuai dengan karakteristik responden tempat pemberlakuan instrumen final. Penetapan jumlah sampel dapat diacuh dari pendapat Nunnaly (1970) bahwa untuk mengurangi resiko kehilangan butir-butir instrumen dan agar memungkinkan untuk mengeliminasi faktor-faktor yang tidak dikehendaki maka dalam analisis instrumen direkomendasikan untuk digunakan sampel 5–10 kali jumlah butir instrumen.

Ujicoba secara empiris dimaksudkan untuk menganalisis validitas isi dan validitas konstruk instrumen secara empiris. Validitas isi biasanya digunakan untuk menyebut validitas instrumen tes, sedangkan validitas konstruk biasanya digunakan untuk menyebut validitas instrumen non tes. Secara empiris, kedua jenis validitas tersebut dianalisis dengan cara yang berbeda.

Validitas isi. Secara empiris alat analisis validitas isi yang biasa digunakan (khusus untuk tes pilihan ganda) adalah Item and Test Analysis (ITEMAN). Alat analisis ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi tentang: indeks kesukaran butir tes, indeks daya beda butir, dan keberfungsian pengecoh. Disamping itu, juga untuk menentukan: korelasi biserial titik (point biserial correlation), dan keseimbangan isi atau keterwakilan materi yang hendak diukur. Secara empiris kelima informasi tersebut dibutuhkan karena saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya, dimana keberfungsian pilihan dapat meningkatkan indeks kesukaran butir tes, indeks kesukaran butir tes dapat menentukan daya beda butir, dan indeks kesukaran dan daya beda butir dapat mempengaruhi interkorelasi butir, dan secara keseluruhan kelima informasi tersebut merupakan penentu tingkat reliabilitas tes. Untuk jelasnya prosedur analisis butir dan penetapan kriteria untuk menerima, menolak atau merevisi butir-butir tes, secara berturut-turut sebagai berikut:
1) Indeks kesukaran butir (p). Indeks kesukaran butir tes adalah proporsi peserta yang menjawab benar butir tes. Indeks kesukaran butir yang baik berkisar antara 0,3-0,7 paling baik pada 0,5; karena p=0,5 dapat memberikan kontribusi optimal terhadap korelasi biserial titik, daya pembeda butir, dan reliabilitas tes. Butir-butir tes yang memiliki indeks kesukaran di bawah atau di atas kriteria 0,3 - 0,7 dapat digunakan apabila ada pertimbangan keterwakilan pokok bahasan yang diukurnya.
2) Daya pembeda butir (D). Daya pembeda butir adalah kemampuan butir tes untuk membedakan siswa mampu dan kurang mampu. Indeks daya beda butir mempunyai rentang nilai –1 ke +1, namun nilai negatif dan rendah menunjukkan kinerja butir yang rendah. Suatu butir tes dapat dipertahankan apabila memiliki nilai D ³ 2,0. Indeks daya beda butir dihitung dengan menggunakan rumus: D= pu - pi; dimana: pu = proporsi kelompok atas yang menjawab benar, pi = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar. Pembagian kelompok responden didasarkan atas pendapat Kelly (1939) yang dikutip oleh Crocker dan Algina (1996) bahwa indeks daya beda butir yang lebih stabil dan sensitif dapat dicapai dengan menggunakan 27 persen kelompok atas dan 27 persen kelompok bawah.
3) Korelasi biserial titik (rpbi). Korelasi biserial titik adalah korelasi antara skor butir tes dengan skor total. Korelasi biserial titik dapat disamakan dengan daya beda butir, namun rpbi itu sendiri perlu dihitung karena dapat menyediakan refleksi yang sebenarnya dari kontribusi setiap butir tes terhadap keberfungsian tes. Semakin tinggi rpbi suatu butir tes semakin tinggi kontribusinya dalam memprediksi kriteria. Suatu butir tes dapat dipertahankan apabila memiliki rpbi ³ 0,30.
4) Keberfungsian pengecoh. Suatu pengecoh dapat dipertahankan apabila memenuhi syarat-syarat: (1) kunci jawaban (keyed answer) harus dipilih lebih banyak oleh kelompok atas daripada kelompok bawah; (2) setiap penggagal (foils) harus dipilih minimal 2 persen dari keseluruhan peserta tes dan dipilih minimal 5 persen kelompok bawah, (3) Indeks daya beda kunci jawaban harus positif dan indeks daya beda penggagal harus negatif.

Validitas konstruk. Sama halnya dengan prosedur ujicoba instrumen tes, instrumen non tes juga diujicobakan secara empiris kepada sejumlah responden (5-10 kali jumlah butir instrumen). Data hasil ujicoba secara empiris dari instrumen non tes biasanya dianalisis dengan menggunakan Analisis Faktor Konfirmasi (Confirmatory Factor Analysis) dengan menggunakan metode ekstraksi komponen utama (principle component extraction). Analisis tersebut bertujuan untuk menguji kebenaran konstruk teori yang dijadikan acuan dalam pengembangan instrumen, dengan cara menentukan struktur atau model faktor dari sejumlah butir instrumen berdasarkan muatan faktor (factor loading) jumlah varians (eigenvalue), dan proporsi varians (communality). Dalam analisis ini juga digunakan rotasi ortogonal dan varimax. Beberapa kriteria yang dijadikan acuan dalam analisis faktor adalah:
(1) Ukuran kecukupan pensampelan (sampling adequacy). Ditentukan dengan menggunakan rumus Kaiser-Meyer-Olkin (KMO), yaitu dengan membandingkan nilai koefisien korelasi observasi dengan koefisien korelasi parsial (Norusis, 1996). Jika koefisien korelasi parsial kecil maka nilai KMO besar (mendekati satu) berarti dapat digunakan analisis faktor, sebaliknya jika nilai koefisien korelasi parsial besar maka nilai KMO kecil (mendekati nol) berarti tidak dapat digunakan analisis faktor. Jelasnya penafsiran nilai KMO diacuh dari ciri yang dikemukakan oleh Kaiser (1974) seperti dikutip oleh Norusis (1996) bahwa KMO 0,90 baik sekali (marvelous); 0,80 baik (meritorius); 0,70 sedang (middling); 0,60 kurang (mediocre); 0,50 sangat kurang (miserable); dan dibawah 0,50 tidak dapat diterima (unacceptable).
(2) Uji Bartlett tentang bentuk matriks korelasi (Bartlett’s test of sphericity). Uji ini dimaksudkan untuk memastikan apakah matriks korelasi berasal dari matriks identitas atau bukan. Dalam uji ini digunakan pendekatan Chisquare dan dibutuhkan data yang berasal dari populasi normal multivariat. Dengan ketentuan bahwa bila matriks korelasi merupakan matriks identitas (makriks dengan diagonal 1 dan selain diagonal 0) maka tidak dapat digunakan analisis faktor, sebaliknya bila matriks korelasi bukan matriks identitas maka dapat digunakan analisis faktor.
(3) Banyaknya faktor. Banyaknya faktor ditetapkan berdasarkan aturan yang dikemukakan oleh Norusis (1996) bahwa jumlah faktor harus diekstraksi sama dengan jumlah faktor yang mempunyai varians (eigenvalue) lebih besar dari 1,0.
(4) Muatan faktor (factor loading). Muatan faktor diseleksi setelah melalui ekstraksi komponen utama (extracting principal component) dengan rotasi ortogonal untuk memaksimalkan varians (variance maximizing/ varimax) antara variabel utama. Muatan faktor yang tetap dipertahankan adalah di atas 0,3. Hal ini sesuai dengan aturan yang dikemukakan oleh Crocker dan Algina (1996) bahwa muatan faktor yang lebih dari 0,3 cenderung siginifikan, sebaliknya muatan faktor yang kurang dari 0,3 tidak dapat memberikan kontribusi yang siginifikan terhadap suatu faktor tertentu.

b. Penyebab invaliditas
Ancaman utama terhadap validitas instrumen adalah: (1) ketakterwakilan konstruk; menunjukkan bahwa tugas yang diukur dalam penilaian tidak mencakup dimensi penting dari konstruk. Oleh karena itu, hasil tes tersebut tidak mungkin untuk mengungkapkan kemampuan siswa sebenarnya dalam konstruk yang hendak diukur oleh instrumen; (2) penyimpangan keragaman konstruk berarti bahwa instrumen tersebut mengukur terlalu banyak variabel, dan kebanyakan variabel tersebut tidak relevan terhadap isi konstruk. Jenis penyimpangan validitas seperti ini mencakup dua bentuk, yaitu penyimpangan kemudahan konstruk (Construct irrelevant easiness) dan penyimpangan kesukaran konstruk (Construct irrelevant difficulty). Penyimpangan kemudahan konstruk terjadi ketika faktor-faktor luar seperti kata-kata kunci atau bentuk instrumen memungkinkan seseorang untuk menjawab benar dengan cara yang tidak sesuai dengan konstruk yang diukur, dan penyimpangan kesukaran konstruk terjadi bila aspek-aspek luar dari tugas membuat tingkat kesukaran tugas tidak sejalan terhadap sebagian atau keseluruhan anggota kelompok. Sementara bila terjadi penyimpangan keragaman konstruk yang pertama menyebabkan seseorang memperoleh skor yang lebih tinggi dibanding dengan kemampuan yang sebenarnya, dan terjadinya penyimpangan keragaman konstruk yang kedua menyebabkan seseorang memperoleh skor yang lebih rendah dibanding dengan kemampuan yang sebenarnya.


2. Reliabilitas
a. Ukuran Reliabilitas
Terdapat beberapa statistik yang digunakan untuk menghitung stabilitas skor seperangkat tes dari suatu kelompok peserta tes, yaitu: reliabilitas test-retest, reliabilitas split-half, dan reliabilitas konsistensi internal.
Reliabilitas test-retest. Suatu koefisien reliabilitas test-retest diperoleh dengan mengadministrasikan tes yang sama dua kali dan mengkorelasikan skor tes tersebut. Dalam konsep, hal ini merupakan ukuran konsistensi skor yang sempurna sebab memungkinkan pengukuran konsistensi langsung dari suatu ujian ke ujian berikutnya. Namun, koefisien ini tidaklah direkomendasikan dalam praktek, oleh karena masalah dan keterbatasannya, yaitu memerlukan dua kali pengadministrasian tes yang sama dalam kelompok yang sama dan memerlukan pemilihan waktu yang tepat. Jika interval waktunya singkat, mungkin skor siswa akan sangat konsisten sebab mereka masih mengingat sebagian atau seluruh pertanyaan dan jawaban mereka. Dan jika intervalnya lama, maka hasilnya akan dipengaruhi oleh perubahan belajar dan kematangan yang terjadi pada diri siswa.
Reliabilitas Split-Half. Sesuai dengan namanya, reliabilitas split-half adalah suatu koefisien yang diperoleh dengan pembagian suatu skor tes ke dalam dua bagian yang masing-masing separuhnya, kemudian kedua bagian skor tes tersebut dikorelasikan untuk menentukan koefisien reliabilitasnya. Pembagian data dipecah atas nomor ganjil dan genap, memecah butir-butir tes menjadi dua bagian yang sama jumlahnya, memilih butir secara acak, atau berdasarkan keseimbangan materi dan tingkat kesukaran.
Pendekatan ini mempunyai suatu keuntungan, yakni hanya memerlukan satu kali pengujian. Kelemahannya adalah koefisien yang dihasilkan akan bervariasi tergantung bagaimana tes tersebut dipecah. Juga tidak cocok digunakan untuk mengukur reliabilitas tes kecepatan (speed test), karena skor siswa dipengaruhi oleh seberapa banyak butir tes yang dijawab dalam waktu yang tersedia.
Konsistensi internal. Konsistensi internal tergantung pada interkorelasi butir tes, yang juga disebut homogenitas. Rumus statistik terbaik yang digunakan untuk menentukan koefisien reliabilitas konsistensi internal adalah: Alpha Cronbach dan Kuder-Richardson (KR-20 dan KR-21). Kebanyakan program pengujian melaporkan bahwa hasil pengujian dengan Alfa Cronbach secara fungsional setara dengan KR-20
Keuntungan penggunaan statistik ini adalah hanya memerlukan satu kali administrasi tes dan tidak tergantung pada pemecahan materi tes. Sedangkan kerugiannya adalah akan efektif diterapkan jika tes hanya mengukur area keterampilan tunggal. Hanya membutuhkan rerata skor tes, simpangan baku atau varians, dan sejumlah butir, KR-20 adalah rumusan reliabilitas yang paling sederhana. Dan rumus KR-21 hampir selalu menghasilkan koefisien yang lebih rendah dari KR-20. Kesederhanaannya menjadikannya sebagai rumus reliabilitas yang paling banyak digunakan khususnya untuk mengevaluasi tes yang dikembangkan di kelas. Namun, rumus ini tidak dapat digunakan untuk menentukan reliabilitas skor dikotomi.

b. Seberapa Tinggi Koefisien Reliabilitas
Reliabilitas tes adalah proporsi varians tulen (true variance) dalam skor tes (Guilford, 1982). Penilaian kecukupan koefisien reliabilitas tes dapat diacuh dari pendapat Aiken (1988) bahwa jika tes akan digunakan untuk menentukan signifikansi perbedaan rerata skor dua kelompok siswa maka koefisien reliabilitas sebesar 0,65 dianggap memuaskan. Dan jika tes akan digunakan untuk membandingkan siswa yang satu dengan yang lainnya maka paling tidak diperlukan koefisien reliabilitas sebesar 0,85. Untuk menjelaskan keberartian koefisien reliabilitas dapat pula diacuh dari galat baku pengukuran, yang dihitung dengan menggunakan rumus: ; dimana: Sm = galat baku pengukuran; Sx = simpangan baku skor tes; dan rx = koefisien reliabilitas tes.
Misalnya, dari hasil perhitungan koefisien reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach diperoleh 0,93 dengan galat baku pengukuran 6,88. Hal ini berarti bahwa tes tersebut sangat terandalkan karena dapat mengukur 93 persen keragaman skor yang sebenarnya, dan bila dalam jangka waktu tertentu dan dalam kondisi yang sama para responden merespon kembali tes tersebut maka rentangan penyimpangan skor total yang dicapai masing-masing responden berkisar antara ­+ 6,88; jadi bila pada tes pertama seseorang siswa memperoleh skor total 450 maka kemungkinan rentangan skor total yang dicapai pada tes berikutnya adalah ­450+ 6,88 atau paling rendah 443,12 dan paling tinggi 456,88.
Jika tes yang diadministrasikan memiliki konsekuensi tinggi, seperti tes yang digunakan untuk penempatan dalam pendidikan, misalnya ujian akhir SMU, dan sertifikasi profesional, maka diperlukan reliabilitas konsistensi internal yang tinggi paling sedikit di atas 0,90, dan paling baik jika di atas 0,95. Kesalahan klasifikasi yang disebabkan oleh kesalahan pengukuran harus diperkecil. Tetapi perlu dicatat bahwa tidak satu pun tes dengan sendirinya dapat digunakan untuk membuat suatu keputusan penting bagi seseorang.
Tes di kelas tidak selalu membutuhkan koefisien reliabilitas tinggi. Ketika para siswa lebih menguasai materi yang diujikan, variabilitas tes akan menurun, sehingga reliabilitas tes juga akan menurun. Para guru mengawasi siswa mereka sepanjang hari dan mempunyai peluang untuk mengumpulkan masukan dari berbagai sumber informasi. Jika pengetahuan dan pertimbangan guru digunakan bersama dengan informasi yang diperoleh dari tes, maka akan dapat menyediakan informasi yang lebih lengkap. Jika suatu tes tidak reliabel atau tidak akurat untuk siswa secara perorangan, maka guru perlu membuat koreksi penyesuaian. Suatu koefisien reliabilitas sebesar 0.50 atau 0.60 mungkin cukup untuk tes di kelas.
Selanjutnya, reliabilitas adalah karakteristik bersama antara tes dan kelompok peserta tes. Reliabilitas juga perlu dievaluasi dalam kaitan dengan kelompok peserta tes. Suatu tes dengan koefisien reliabilitas 0.92 ketika diujikan pada siswa dalam beberapa kelas maka koefisien reliabilitas yang diperoleh tidak akan sama jika tes tersebut hanya diujikan pada satu kelas saja.
Reliabilitas berhubungan dengan konsistensi hasil pengukuran. Reliabiltas dipengaruhi oleh cakupan instrumen penilaian. Misalnya, suatu instrumen tes tertentu yang mencakup sasaran belajar dan butir yang terbatas memiliki reliabilitas yang lebih rendah dibanding dengan tes yang mencakup sasaran belajar yang lebih luas dengan jumlah butir yang lebih banyak.
Instrumen yang representatif dengan kesalahan pengukuran yang relatif kecil akan memiliki reliabilitas tinggi. Kesalahan pengukuran dapat diperkecil melalui penulisan butir instrumen yang jelas, petunjuk yang mudah dipahami, administrasi instrumen yang sesuai, dan penskoran yang konsisten. Suatu instrumen tes adalah suatu sampel perilaku dari keterampilan yang diinginkan, tes lebih panjang dengan sampel yang lebih besar, memungkinkan untuk lebih reliabel. Hasil ujian akhir dari suatu unit pembelajaran dengan waktu satu jam akan lebih reliabel ketimbang hasil ujian harian dengan jangkauan materi dan waktu yang terbatas.

c. Ancaman terhadap Reliabilitas
Semua jenis instrumen tes atau nontes tidak terlepas kesalahan. Hal ini berlaku untuk instrumen tes dalam ilmu-ilmu eksakta dan dalam ilmu-ilmu psikologi dan pendidikan. Misalnya, dalam mengukur panjang dengan suatu penggaris, mungkin ada kesalahan sistematis berhubungan dengan di mana titik nol dicetak pada penggaris dan kesalahan acak berhubungan dengan kemampuan mata dalam membaca tanda-tanda dan memperhitungkan tanda-tanda tersebut. Juga memungkinkan bahwa panjang obyek dapat berubah dari waktu ke waktu dan pada lingkungan yang berbeda (misalnya perubahan temperatur). Salah satu tujuan penilaian adalah untuk mengurangi kesalahan tersebut hingga ke tingkatan yang sesuai dengan tujuan tes. Tes yang beresiko tinggi (high-stakes tes), seperti ujian untuk mendapatkan SIM, harus mempunyai kesalahan yang sangat kecil. Tes di kelas dapat mentolerir kesalahan yang lebih tinggi secara wajar kesalahan tersebut mudah dikoreksi sepanjang proses pengujian. Reliabilitas hanya mengacu pada derajat tingkat kesalahan yang tidak sistematis, yang disebut kesalahan acak.
Ada tiga sumber kesalahan utama, yaitu: faktor dalam tes itu sendiri, faktor siswa yang dites, dan faktor penskoran. Umumnya tes berisi suatu koleksi butir yang mengukur keterampilan tertentu. Adakalanya guru secara khas menggeneralisasikan masing-masing butir tes ke semua materi yang diukur oleh tes itu. Sebagai contoh, jika seorang siswa dapat memecahkan beberapa permasalahan seperti 7x8, maka mungkin akan disamaratakan kemampuannya dalam mengalikan angka tunggal bilangan bulat. Juga mungkin akan menyamaratakan suatu kumpulan materi kepada suatu domein yang lebih luas. Jika siswa dapat menyelesaikan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka mungkin akan disimpulkan bahwa siswa tersebut mampu menyele-saikan operasi pecahan. Kesalahan dapat pula disebabkan oleh pemilihan butir untuk mengukur domein dan keterampilan tertentu. Materi yang tercakup dalam tes berbeda menurut format masing-masing tes, kesalahan pensampelan, pembatasan butir tes, dan karena menyamaratakan ke data yang tidak diamati, yakni, kemampuan siswa terhadap keseluruhan butir yang mungkin terdapat dalam tes. Ketika keterampilan dan domain yang diukur menjadi lebih rumit, mungkin akan terjadi lebih banyak kesalahan yang disebabkan oleh pensampelan materi. Sumber lain kesalahan tes adalah ketidakefektifan pengecoh dalam tes pilihan ganda, seperti jawaban benar yang lebih banyak, dan tingkat kesukaran butir tes.
Sebagai manusia, para siswa tidaklah selalu konsisten dan juga tidak terlepas dari kesalahan dalam menyelesaikan tes. Apakah tes itu dimaksudkan untuk mengukur kemampuan khusus atau kemampuan siswa secara optimal, perubahan dalam berbagai hal seperti sikap siswa, kesehatan, dan rasa kantuk dapat mempengaruhi kualitas usaha dan konsistensi siswa dalam menyelesaikan tes. Sebagai contoh, peserta tes mungkin membuat kesalahan karena teledor, salah menafsirkan petunjuk tes, melupakan instruksi tes, melupakan beberapa butir tes, atau salah baca butir tes.
Kesalahan penskoran merupakan sumber sepertiga dari kesalahan potensial. Pada bentuk tes objektif, penskoran bersifat mekanik, dan kesalahan penskoran harus diperkecil. Pada tes uraian, sumber kesalahan meliputi ketidakjelasan rubrik penskoran, ketidakjelasan apa yang diharapkan dari siswa, dan beberapa kesalahan yang bersumber dari penilai. Para penilai tidaklah selalu konsisten, kadang-kadang merubah ukuran-ukuran mereka selagi menskor, dan terkadang terpengaruh oleh hal-hal yang tidak berhubungan dengan skor tes seperti efek halo, latar belakang siswa, perbedaan persepsi, kebaikan hati atau kepelikan, dan kesalahan dalam penskalaan (Rudner, 1992).

GO...BLOG..!!!

Info Fotografi

ilmuGRAFIS.com

Desain Grafis Indonesia