Buat temen-temen yg lagi kerjain karya ilmiah, n cari tambahan kaitan dengan Metode penelitian..ada nih dibawah...jgn lupa kasih komentar...hehehe...
Metode  penelitian berhubungan erat dengan prosedur, teknik, alat, serta desain  penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus cocok dengan  pendekatan penelitian yang dipilih. Prosedur, teknik, serta alat yang  digunakan dalam penelitian harus cocok pula dengan metode penelitian  yang ditetapkan. Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti perlu  menjawab sekurang-kurangnya tiga pertanyaan pokok (Nazir, 1985) yaitu:
- Urutan kerja atau prosedur apa yang harus dilakukan dalam melaksanakan suatu penelitian?
 - Alat-alat (instrumen) apa yang akan digunakan dalam mengukur ataupun dalam mengumpulkan data serta teknik apa yang akan digunakan dalam menganalisis data?
 - Bagaimana melaksanakan penelitian tersebut?
 
Jawaban atas ketiga pertanyaan tersebut  memberikan kepada peneliti urutan-urutan pekerjaan yang terus dilakukan  dalam suatu penelitian. Hal ini sangat membantu peneliti untuk  mengendalikan kegiatan atau tahap-tahap kegiatan serta mempermudah  mengetahui kemajuan (proses) penelitian.
Metode penelitian menggambarkan  rancangan penelitian yang meliputi prosedur atau langkah-langkah yang  harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, serta dengan cara apa  data tersebut diperoleh dan diolah/dianalisis. Dalam  praktiknya  terdapat sejumlah metode yang biasa digunakan untuk kepentingan  penelitian.  Beikut ini akan dikemukakan secara singkat beberapa metode  penelitian sederhana yang sering digunakan dalam penelitian pendidikan.
1. Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian  yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang  terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada  masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian  berlangsung. Melalui penelitian deskriptif, peneliti  berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat  perhatian tanpa memberikan perlakukan khusus terhadap peristiwa  tersebut. Variabel yang diteliti bisa tunggal (satu variabel) bisa juga  lebih dan satu variabel.
Penelitian deskriptif sesuai  karakteristiknya memiliki langkah-langkah tertentu dalam pelaksanaannya.  Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
- Perumusan masalah. Metode penelitian manapun harus diawali dengan adanya masalah, yakni pengajuan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang jawabannya harus dicari menggunakan data dari lapangan. Pertanyaan masalah mengandung variabel-variabel yang menjadi kajian dalam studi ini. Dalam penelitian deskriptif peneliti dapat menentukan status variabel atau mempelajari hubungan antara variabel.
 - 2. Menentukan jenis informasi yang diperlukan. Dalam hal ini peneliti perlu menetapkan informasi apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan atau masalah yang telah dirumuskan. Apakah informasi kuantitatif ataukah kualitatif. Informasi kuantitatif berkenaan dengan data atau informasi dalam bentuk bilangan/angka seperti.
 - Menentukan prosedur pengumpulan data. Ada dua unsur penelitian yang diperlukan, yakni instrumen atau alat pengumpul data dan sumber data atau sampel yakni dari mana informasi itu sebaiknya diperoleh. Dalam penelitian ada sejumlah alat pengumpul data antara lain tes, wawancara, observasi, kuesioner, sosiometri. Alat-alat tersebut lazim digunakan dalam penelitian deskriptif. Misalnya untuk memperoleh informasi mengenai langkah-langkah guru mengajar, alat atau instrumen yang tepat digunakan adalah observasi atau pengamatan. Cara lain yang mungkin dipakai adalah wawancara dengan guru mengenai langkah-langkah mengajar. Agar diperoleh sampel yang jelas, permasalahan penelitian harus dirumuskan se-khusus mungkin sehingga memberikan arah yang pasti terhadap instrumen dan sumber data.
 - Menentukan prosedur pengolahan informasi atau data. Data dan informasi yang telah diperoleh dengan instrumen yang dipilih dan sumber data atau sampel tertentu masih merupakan informasi atau data kasar. Informasi dan data tersebut perlu diolah agar dapat dijadikan bahan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
 - Menarik kesimpulan penelitian. Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, peneliti menyimpulkan hasil penelitian deskriptif dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dan mensintesiskan semua jawaban tersebut dalam satu kesimpulan yang merangkum permasalahan penelitian secara keseluruhan.
 
2. Studi Kasus
Studi kasus pada dasarnya mempelajari  secara intensif seseorang individu atau kelompok yang dipandang  mengalami kasus tertentu. Misalnya, mempelajari secara khusus kepala  sekolah yang tidak disiplin dalam bekerja . Terhadap kasus tersebut  peneliti mempelajarinya secara mendalam dan dalam kurun waktu cukup  lama. Mendalam, artinya mengungkap semua variabel yang dapat  menyebabkan terjadinya kasus tersebut dari berbagai aspek. Tekanan  utama dalam studi kasus adalah mengapa individu melakukan apa yang dia  lakukan dan bagaimana tingkah lakunya dalam kondisi dan pengaruhnya  terhadap lingkungan.
Untuk mengungkap persoalan kepala  sekolah yang tidak disiplin peneliti perlu mencari data berkenaan dengan  pengalamannya pada masa lalu, sekarang, lingkungan yang membentuknya,  dan kaitan variabel-variabel yang berkenaan dengan kasusnya. Data  diperoleh dari berbagai sumber seperti rekan kerjanya, guru, bahkan juga  dari dirinya. Teknik memperoleh data sangat komprehensif seperti  observasi perilakunya, wawancara, analisis dokumenter, tes, dan  lain-lain bergantung kepada kasus yang dipelajari. Setiap data dicatat  secara cermat, kemudian dikaji, dihubungkan satu sama lain, kalau perlu  dibahas dengan peneliti lain sebelum menarik kesimpulan-kesimpulan  penyebab terjadinya kasus atau persoalan yang ditunjukkan oleh individu  tersebut. Studi kasus mengisyaratkan pada penelitian kualitatif.
Kelebihan studi kasus dari studi lainnya  adalah, bahwa peneliti dapat mempelajari subjek secara mendalam dan  menyeluruh. Namun kelemahanya sesuai dengan sifat studi kasus bahwa  informasi yang diperoleh sifatnya subyektif, artinya hanya untuk  individu yang bersangkutan dan belum tentu dapat digunakan untuk kasus  yang sama pada individu yang lain. Dengan kata lain, generalisasi  informasi sangat terbatas penggunaannya. Studi kasus bukan untuk menguji  hipotesis, namun sebaliknya hasil studi kasus dapat menghasilkan  hipotesis yang dapat diuji melalui penelitian lebih lanjut. Banyak  teori, konsep dan prinsip dapat dihasilkan dan temuan studi kasus.
3. Penelitian Survei
Penelitian survei cukup banyak digunakan  untuk pemecahan masalah-masalah pendidikan termasuk kepentingan  perumusan kebijaksanaan pendidikan. Tujuan utamanya adalah mengumpulkan  informasi tentang variabel dari sekolompok obyek (populasi). Survei  dengan cakupan seluruh populasi (obyek) disebut sensus. Sedangkan survei  yang mempelajari sebagian populasi dinamakan sampel survei. Untuk  kepentingan pendidikan, survei biasanya mengungkap permasalahan yang  berkenaan dengan berapa banyak siswa yang mendaftar dan diterima di  suatu sekolah? Berapa jumlah siswa rata-rata dalam satu kelas? Berapa  banyak guru yang telah memenuhi kualifikasi yang telah ditentukan?  Pertanyaan-pertanyaan kuantitatif seperti itu diperlukan sebagai dasar  perencanaan dan pemecahan masalah pendidikan di sekolah. Pada tahap  selanjutnya dapat pula dilakukan perbadingan atau analsis hubungan  antara variabel tersebut.
Survei dapat pula dilakukan untuk  mengetahui variabel-variabel seperti pendapat, persepsi, sikap,  prestasi, motivasi, dan lain-lain. Misalnya persepsi kepala sekolah  terhadap otonomi pendidikan, persepsi guru terhadap KTSP, pendapat  orangtua siswa tentang MBS, dan lain-lain. Peneliti dapat mengukur  variabel-variabel tersebut secara jelas dan pasti. Informasi yang  diperoleh mungkin merupakan hal penting sekali bagi kelompok tertentu  walaupun kurang begitu bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.
Survei dalam pendidikan banyak  manfaatnya baik untuk memecahkan masalah-masalah praktis maupun untuk  bahan dalam merumuskan kebijaksanaan pendidikan bahkan juga untuk studi  pendidikan dalam hubungannya dengan pembangunan. Melalui metode ini  dapat diungkapkan masalah-masalah aktual dan mendeskripsikannya,  mempelajari hubungan dua variabel atau lebih, membandingkan  kondisi-kondisi yang ada dengan kriteria yang telah ditentukan, atau  menilai efektivitas suatu program.
4. Studi Korelasional
Seperti halnya survei, metode deskriptif  lain yang sering digunakan dalam pendidikan adalah studi korelasi.  Studi ini mempelajari hubungan dua variabel atau lebih, yakni sejauh  mana variasi dalam satu variabel berhubungan dengan variasi dalam  variabel lain. Derajat hubungan variabel-variabel dinyatakan dalam satu  indeks yang dinamakan koefisien korelasi. Koefisien korelasi dapat  digunakan untuk menguji hipotesis tentang hubungan antar variabel atau  untuk menyatakan besar-kecilnya hubungan antara kedua variabel.
Studi korelasi yang bertujuan menguji  hipotesis, dilakukan dengan cara mengukur sejumlah variabel dan  menghitung koefisien korelasi antara variabel-variabel tersebut, agar  dapat ditentukan variabel-variabel mana yang berkorelasi. Misalnya  peneliti ingin mengetahui variabel-variabel mana yang sekiranya  berhubungan dengan kompetensi profesional kepala sekolah. Semua  variabel yang ada kaitannya (misal latar belakang pendidikan, supervisi  akademik, dll) diukur, lalu dihitung koefisien korelasinya untuk  mengetahui variabel mana yang paling kuat hubungannya dengan kemampuan  manajerial kepala sekolah.
Kekuatan hubungan antar variabel  penelitian ditunjukkan oleh koefisien korelasi yang angkanya bervariasi  antara -1 sampai +1. Koefisien korelasi adalah besaran yang diperoleh  melalui perhitungan statistik berdasarkan kumpulan data hasil pengukuran  dari setiap variabel. Koefisien korelasi positif menunjukkan hubungan  yang berbanding lurus atau kesejajaran, koefisien korelasi negatif  menunjukkan hubungan yang berbading terbalik atau ketidak-sejajaran.  Angka 0 untuk koefisien korelasi menunjukkan tidak ada hubungan antar  variabel. Makin besar koefisien korelasi baik itu pada arah positif  ataupun negatif, makin besar kekuatan hubungan antar variabel.
Misalnya, terdapat korelasi positif  antara variabel IQ dengan prestasi belajar; mengandung makna IQ yang  tinggi akan diikuti oleh prestasi belajar yang tinggi; dengan kata lain  terdapat kesejajaran antara IQ dengan prestasi belajar. Sebaliknya,  korelasi negatif menunjukkan bahwa nilai tinggi pada satu variabel akan  diikuti dengan nilai rendah pada variabel lainnya. Misalnya, terdapat  korelasi negatif antara absensi (ketidakhadiran) dengan prestasi  belajar; mengandung makna bahwa absensi yang tinggi akan diikuti oleh  prestasi belajar yang rendah; dengan kata lain terdapat ketidaksejajaran  antara absensi dengan prestasi belajar.
Dalam suatu penelitian korelasional,  paling tidak terdapat dua variabel yang harus diukur sehingga dapat  diketahui hubungannya. Di samping itu dapat pula dianalisis hubungan  antara dari tiga variabel atau lebih.
Makna suatu korelasi yang dinotasikan  dalam huruf r (kecil) bisa mengandung tiga hal. Pertama, kekuatan  hubungan antar variabel, kedua, signifikansi statistik hubungan kedua  variabel tersebut, dan ketiga arah korelasi. Kekuatan hubungan dapat  dilihat dan besar kecilnya indeks korelasi. Nilai yang mendekati nol  berarti lemahnya hubungan dan sebaliknya nilai yang mendekati angka satu  menunjukkan kuatnya hubungan.
Faktor yang cukup berpengaruh terhadap  besar kecilnya koefisien korelasi adalah keterandalan instrumen yang  digunakan dalam pengukuran. Tes hasil belajar yang terlalu mudah bagi  anak pandai dan terlalu sukar untuk anak bodoh akan menghasilkan  koefisien korelasi yang kecil. Oleh karena itu instrumen yang tidak  memiliki keterandalan yang tinggi tidak akan mampu mengungkapkan  derajat hubungan yang bermakna atau signifikan.
5.    Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen dapat  didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang  mengandung fenomena sebab akibat. Penelitian eksperimen merupakan metode  inti dari model penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif.  Dalam metode eksperimen, peneliti harus melakukan tiga persyaratan yaitu  kegiatan mengontrol, kegiatan memanipulasi, dan observasi. Dalam  penelitian eksperimen, peneliti membagi objek atau subjek yang diteliti  menjadi 2 kelompok yaitu kelompok treatment yang mendapatkan perlakuan  dan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan. Karakteristik  penelitian eksperimen yaitu:
- Memanipulasi/merubah secara sistematis keadaan tertentu.
 - Mengontrol variabel yaitu mengendalikan kondisi-kondisi penelitian ketika berlangsungnya manipulasi
 - Melakukan observasi yaitu mengukur dan mengamati hasil manipulasi.
 
Proses penyusunan penelitian eksperimen  pada prisnsipnya sama dengan jenis penelitian lainnya. Secara eksplisit  dapat dilihat sebagai berikut:
- Melakukan kajian secara induktif yang berkaitan dengan permasalahan yang hendak dipecahkan
 - Mengidentifikasikan permasalahan
 - Melakukan studi litelatur yang relevan, mempormulasikan hipotesis penelitian, menentukan definisi operasional dan variabel.
 - Membuat rencana penelitian mencakup: identifikasi variabel yang tidak diperlukan, menentukan cara untuk mengontrol variabel, memilih desain eksperimen yang tepat, menentukan populasi dan memilih sampel penelitian, membagi subjek ke dalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, membuat instrumen yang sesuai, mengidentifikasi prosedur pengumpulan data dan menentukan hipotesis.
 - Melakukan kegiatan eksperimen (memberi perlakukan pada kelompok eksperimen)
 - Mengumpulkan data hasil eksperimen
 - Mengelompokan dan mendeskripsikan data setiap variabel
 - Melakukan analisis data dengan teknik statistika yang sesuai
 - Membuat laporan penelitian eksperimen.
 
Dalam penelitian eksperimen peneliti  harus menyusun variabel-variabel minimal satu hipotesis yang menyatakan  hubungan sebab akibat diantara variabel-variabel yang terjadi.  Variabel-variabel yang diteliti termasuk variabel bebas dan variabel  terikat sudah ditentukan secara tegas oleh peneliti sejak awal  penelitian. Dalam bidang pembelajaran misalnya yang diidentifikasikan  sebagai variabel bebas antara lain: metode mengajar, macam-macam  penguatan, frekuensi penguatan, sarana-prasarana pendidikan, lingkungan  belajar, materi belajar, jumlah kelompok belajar. Sedangkan yang  diidentifikasikan variabel terikat antara lain: hasil belajar siswa,  kesiapan belajar siswa, kemandirian siswa.
6.    Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan adalah suatu bentuk  penelitian refleleksi-diri yang dilakukan oleh para partisipan dalam  situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktek  yang dilakukan sendiri. Dengan demikian akan diperoleh pemahaman  mengenai praktek tersebut dan situasi di mana praktek tersebut  dilaksanakan. Terdapat dua esensi penelitian tindakan yaitu perbaikan  dan keterlibatan. Hal ini mengarahkan tujuan penelitian tindakan ke  dalam tiga area yaitu: (1) Untuk memperbaiki praktek; (2) Untuk  pengembangan profesional dalam arti meningkatkan pemahaman/kemampuan  para praktisi terhadap praktek yang dilaksanakannya; (3) Untuk  memperbaiki keadaan atau situasi di mana praktek tersebut dilaksanakan.
Penelitian tindakan bertujuan untuk  mengungkap penyebab masalah dan sekaligus memberikan langkah pemecahan  terhadap masalah. Langkah-langkah pokok yang ditempuh akan membentuk  suatu siklus sampai dirasakannya ada suatu perbaikkan. Siklus pertama  dan siklus-siklus berikutnya yaitu: (1) penetapan fokus masalah  penelitian, (2) perencanaan tindakan perbaikan, (3) pelaksanaan tindakan  perbaikan, observasi dan interpretasi, (4) analisis dan refleksi, dan  (5) perencanaan tindak lanjut. Mengingat besarnya manfaat penelitian  tindakan dalam bidang pendidikan, uraian spesifik akan dijelaskan dalam  materi tersendiri.
7. Metode Penelitian dan Pengembangan (R&D)
Penelitian dan Pengembangan atau  Research and Development (R&D) adalah strategi atau metode  penelitian yang cukup ampuh untuk memperbaiki praktek. Yang dimaksud  dengan Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development  (R&D) adalah rangkaian proses atau langkah-langkah dalam rangka  mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah  ada agar dapat dipertanggungjawabkan. Produk tersebut tidak selalu  berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku, modul,  alat bantu pembelajaran di kelas atau di laboratorium, tetapi bisa juga  perangkat lunak (software), seperti program komputer untuk pengolahan  data, pembelajaran di kelas, perpustakaan atau laboratorium, ataupun  model-model pendidikan, pembelajaran, pelatihan, bimbingan, evaluasi,  sistem manajemen, dan lain-lain.
Penelitian dalam bidang pendidikan pada  umumnya jarang diarahkan pada pengembangan suatu produk, tetapi  ditujukan untuk menemukan pengetahuan baru berkenaan dengan  fenomena-fenomena yang bersifat fundamental, serta praktek-praktek  pendidikan. Penelitian dan pengembangan merupakan metode penghubung atau  pemutus kesenjangan antara penelitian dasar dengan penelitian terapan.  Sering dihadapi adanya kesenjangan antara hasil-hasil penelitian dasar  yang bersifat teoretis dengan penelitian terapan yang bersifat praktis.  Kesenjangan ini dapat dihilangkan atau disambungkan dengan penelitian  dan pengembangan. Dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan,  terdapat beberapa metode yang digunakan, yaitu metode: deskriptif,  evaluatif, dan eksperimental.
Penelitian deskriptif digunakan dalam  penelitian awal untuk menghimpun data tentang kondisi yang ada. Kondisi  yang ada mencakup: (1) Kondisi produk-produk yang sudah ada sebagai  bahan perbandingan atau bahan dasar (embrio) produk yang akan  dikembangkan, (2) Kondisi pihak pengguna (dalam bidang pendidikan  misalnya sekolah, guru, kepala sekolah, siswa, serta pengguna lainnya);  (3) Kondisi faktor-faktor pendukung dan penghambat pengembangan dan  penggunaan dari produk yang akan dihasilkan, mencakup unsur pendidik dan  tenaga kependidikan, sarana-prasarana, biaya, pengelolaan, dan  lingkungan pendidikan di mana produk tersebut akan diterapkan.
Metode evaluatif, digunakan untuk  mengevaluasi produk dalam proses uji coba pengembangan suatu produk.  Produk penelitian dikembangkan melalui serangkaian uji coba dan pada  setiap kegiatan uji coba diadakan evaluasi, baik itu evaluasi hasil  maupun evaluasi proses. Berdasarkan temuan-temuan pada hasil uji coba  diadakan penyempurnaan (revisi model).
Metode eksperimen digunakan untuk  menguji keampuhan dari produk yang dihasilkan. Walaupun dalam tahap uji  coba telah ada evaluasi (pengukuran), tetapi pengukuran tersebut masih  dalam rangka pengembangan produk, belum ada kelompok pembanding. Dalam  eksperimen telah diadakan pengukuran selain pada kelompok eksperimen  juga pada kelompok pembanding atau kelompok kontrol. Pemilihan kelompok  eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan secara acak atau random.  Pembandingan hasil eksperimen pada kedua kelompok tersebut dapat  menunjukkan tingkat keampuhan dan produk yang dihasilkan....lebih jelas







Tidak ada komentar:
Posting Komentar
kritik dan saran selalu di tunggu... :)